Monumen Fotilo
Pada januari 1641, armada yang mengesankan 5.000-7.000 orang berangkat dari Makassar dengan misi menghilangkan atau setidaknya menaklukkan
Larantuka-
Flores.
Sultan Abdullah dan Sultan Muzaffar didokumentasikan sebagai penguasa
Tallo. Ekspedisi itu kontroversial dikalangan elit Makassar.
Sebuah akun Dominika ditulis setelah 1679 mengatakan bagaimana Raja Tallo tiba dengan kekuatan yang sangat besar,'berniat menghancurkan Kristen dan menanam sekte terkutuk Mafamede (Muhammad), yang ia adalah seorang praktisi dan grand fanatik" (Sa 1958:421)
Dari Larantuka Sultan Muzaffar berlayar ke Timor dan telah melanda daerah pesisir Timor selama 2 bulan dan mengambil 4.000 tahanan yang akan dijual di pasar budak.
Bahkan tindakan Sultan Muzaffar ditandai dengan invasi besar-besaran pertama dalam sejarah pulau Timor dan meninggalkan kenangan tak terlupakan pada memori kolektif penduduk Timor.
Menurut Historia de S.Domingos,penguasa 'Melanjutkan dalam arogansi mendominasi pulau' (Santa Catharina 1866 : 302) dan mengancam kerajaan Atoni yang Rajanya sudah dibaptis.
Penguasa Wehali mengirimkan pesan kepada Tallo berisi permintaan untuk skuadron baru yang akan dikirim ke Timor. Bala Makassar di Larantuka apabila ada kesempatan agar membantu klien di Timor
.
Historia de S.Domingos berbicara tentang status terhormat dari Penguasa Wehali( Santa Catharina 1866:300) jika ada kebenaran dalam kisah pernikahan Penguasa Tallo dengan Puteri Peguasa Wehali
Pada saat itu Portugis dijamin Kerajaan Batumean (Amnatun) yang berbatasan dengan Wehali sebagai sekutu.
Batumean adalah sebuah tempat di pantai selatan Pulau Timor sebagai pusat kerajaan di abad ke 17 (bandingkan Ormeling n.y.,H 1352, KITLV). Aliansi itu sendiri ditandai dengan Baptisan terhadap penguasa.
Tercatat dalam arsip kuno Portugis Summaria relaçam do Que Obrerao os relegiozas dan ordem dos pregadores bahwa pada tahun 1641 ketika bangsa Portugis dan bala tentaranya dari Larantuka, Flores dipimpin oleh Capitao mor Francisco Fernandes tiba di kerajaan Amanatun/Tun Am- Fatumean (Bitimiao) maka seorang paderi bernama Frey Lucas da Cruz berhasil membaptiskan (mengkristenkan) seorang raja Amanatun/Usif dengan ibunya di Amanatun. Raja Batumean ini bernama Dom Pedro.
Pada tahun 1641 kerajaaan
Amnatun yang terletak di
Gunung Sunu (Sonaf Plikuna –
Sonaf Ni Fanu) tercatat mendapat serangan yang luar biasa dari armada
tentara
Makassar dibawah pimpinan
Raja Tallo dari
Kerajaan Gowa-Tallo.
Makasar sebagai kekuatan
besar di Timur telah memiliki ketertarikan kepada Batumean (Amnatun)
dikarenakan Batumean merupakan penghasil kayu cendana putih yang saat itu banyak dicari.
Adapun
kerajaan kembar /
Zusterstate Gowa -
Tallo ( Rua Karaeng Na Se ' re Ata ) mencapai zaman kejayaannya serbagai kerajaan
maritim pada akhir abad ke 16 dan awal abad ke 17 dengan peran besar seorang
Mangkubumi yang bernama
Karaeng Patingaloang.
Penyerangan
laskar Islam Makasar ke
Amanatun - Tun Am Fatumean itu diundang dan diarahkan oleh keluarga
Tnesnai juga dibantu oleh orang
Portugis Hitam -
Topanays - Kaesmetan.
Penyerangan laskar Makasar
Tiy Toe Tenu Lub Lubu Makasal yang diundang dan diarahkan oleh keluarga Nesnay ini
telah mengorbankan banyak nyawa rakyat Amnatun dengan adanya 2 pahlawan mereka yang luar biasa kebalnya bernama
Sikavan dan Maumabe.
Kerajaan Amnatun memiliki 3 tempat pertahanan (benteng) yaitu di
KoloTunan,Sunu dan Athe.
Ketika peperangan ini telah menelan banyak nyawa rakyat Amnatun karena kehadiran 2 pahlawan dari pihak makasar maka kerajaan mengambil inisiatif menjemput seorang Pahlawan yang terkenal pada saat itu yaitu
RIWU HAKO. Dengan berperahu Raja Banunaek sendiri langsung turun tangan menjemput Pahlawan ini dari
Pulau Sawu.
Hubungan Amnatun dengan Sawu/Sabu dapat dibaca di
Pembagian wilayah 3 Raja Pertama di Pulau Timor.
Dengan adanya bantuan dari Riwu Hako maka pasukan Makasar berhasil dipukul mundur dan diakhiri di
Biuluk dengan tewasnya kedua pahlawan Nesnay yaitu Sikavan dan Maumabe.
Karena jasanya maka Riwu Hako diberikan penghargaan sebagai
Panglima Besar/MEO NAEK Kerajaan Amnatun dengan
Nama Kebesarannya TAFULI.
Salah seorang keturunan Riwu Hako yang terkenal dikemudian hari adalah
Meo Naek Seki Tafuli yang termasyur itu dalam peperangan melawan Belanda di
Fotilo, benteng pertahanan yang di buat oleh Meo Naek
Seki Tafuli pada tahun 1907 Masehi.
Nama Batumean kemudian menghilang pada akhir abad ke-17 dan berganti menjadi
Amnatun..
Kerajaan Wehali yang telah bersekutu dengan kerajaan Islam Makasar kemudian dihancurkan oleh Portugis/ Portugal dibawah pimpinan Capitao mor Francisco Fernandes pada tahun 1641 dengan kekuatan 90 Pasukan yang disertai 3 orang Padri, Topas (Portugis hitam), kerajaan Serviao dan Kerajaan Batumean.